Selasa, Oktober 15, 2013

Wanita dan Tempat Sampah

     Wanita. Makhluk terindah yang pernah aku temui. Makhluk terkompleks yang pernah ada. Bukan dari fisikny atau organ-organ bagian dalam, melainkan dari segi hati dan perasaan. Gak ada yang bisa menebak apa yang ada di hati mereka, bahkan untuk se-per sekian detik, hati dan perasaan mereka bisa berubah. Ada kalanya mereka jujur, ada kalanya pula mereka bohong soal isi hati mereka sendiri. Tak jarang pula, mereka tak punya perasaan. Selalu menyalahkan pria, tapi tak mau disalahkan. Tapi semua itu tergantung waktu dan kejadian. Wanita dan pria, menurutku tak jauh berbeda klo sedang emosi. Terkadang sama-sama tak punya perasaan.

      Banyak wanita yang telah mengisi hari-hariku, baik yang menjadi teman maupun menjadi kekasih. Dari sekian banyak itu, aku paling benci dengan mereka yang hanya menjadikanku sebagai kendi atas air mata kesedihan mereka. Lalu meninggalkanku disaat mereka udah merasa tenang dan bahagia. Tak ada kebahagiaan yang aku terima. Tak ada senyum yang mereka bagi. Lagi, jika mereka sedih, kembali lagi padaku.

     Ada beberapa wanita yang datang kepadaku, "Mo, dia itu orangnya gimana sih? Aku suka sama dia, tapi aku bingung sm dia. Dia itu cowok, Mo, dia bukan cewek dan bla...bla...bla". Mereka cerita dengan serunya. Aku mendengarkan tanpa ia tahu apa yang ada dalam hatiku. 

     "Woy!!Mba, gk kasian sama aku? Aku juga pengin, mba, disukain sama cewek, kayak dia. Mending sama aku aja deh, aku kan enak diajak curhat", seperti itu bila hatiku bisa teriak. 

     Pulsaku sering habis untuk meladeni wanita-wanita kayak gitu. Aku sebenarnya senang kalau ada wanita yang mau cerita/curhat ke aku. Tapi mbok ya, jangan ditinggal klo udah gak ada bahan curhatan. Aku juga pengin curhat. Aku juga punya masalah yang pengin aku ceritakan. Aku juga butuh nasihat, kritik dan saran. Aku juga pengin ada wanita yang suka sama aku (sebenernya ada, cuma aku gak tau dan si wanita gak mau jujur).

     Curhat tentang cowok yang mereka suka atau masalah dengan pacar mereka. Klo udah dapet pacar atau baikan sama pacarnya, yaudah, aku dibiarin ngambang di kali.  Giliran aku butuh mereka untuk curhat, dimana mereka? Mereka pura-pura sibuk. Sibuk apa? sibuk pacaran. Kampret!!. Ada juga yang bilang," Mo, aku kan udah punya pacar, jadi kita jaga jarak. Aku takut pacar aku marah". What the !@3K!!?? Eh, Mba, kalau gak ada aku, kamu gak bakal pacaran sama dia. Kamu masih jomblo kalau gak ada aku. Aku doain dia itu jadi calon mantanmu, baru tahu rasa.

      Aku butuh kalian sebagai tempat curhatku. Sama seperti kalian yang membutuhkan aku. Kalian itu penipu. Dulu nangis dan bilang kalau si dia itu gak punya perasaan. Cuih!! Kalian juga gak punya perasaan. Kalian udah ninggalin aku, padahal aku juga butuh kalian. Tapi kalian selalu saja punya alasan untuk menghindar dari cerita anak alay sepertiku.

      Hampir semua wanita yang pernah curhat ke aku, pernah dekat sama aku, kini menjauh. Mengakui aku sebagai teman pun kayaknya terpaksa. Sekadar balas jasa. Aku mention mereka pun, gak dibalas.

      Kebahagiaan itu merupakan aib bagi mereka, tapi kesedihan adalah konsumsi publik. Kenapa? Mereka sedang bahagia, tapi mereka sama sekali enggan untuk membagi bahagia mereka ke aku yang dulu menjadi tempat penampungan air mata (buaya) mereka. Itu sama saja dengan aib kan? Lain halnya saat mereka sedih. Mereka langsung cerita. Aku memang tempat sampah atas kesedihan mereka yang berhati sampah. Maaf kalau kasar, tapi itulah kenyataannya.

      Aku ini pria yang juga punya hati dan perasaan yang pun sakit jika dilukai. Aku juga punya masalah untuk aku ceritakan. Aku juga ingin curhat. Jangan anggap aku tempat sampah untuk kesedihan kalian. Anggap aku sebagai manusia yang punya hati dan perasaan.

      Aku doakan, semoga yang sedang bahagia akan terus bahagia dan semoga yang punya pacar langgeng sama pacarnya. Kasihanilah diri ini yang masih single. Sekian


*Gemo*

Lakumu Puisi

Yogyakarta, 23 Mei 2013

Ibu
Andai aku disuruh menulis puisi tentangmu,
aku takkan mau
karena aku tak bisa

Mereka mungkin akan bertanya,
"Kamu bisa bikin puisi tentang cinta, patah hati dan
tentang kegundahanmu.
Tapi kenapa kamu tak mau dan tak mampu menulis puisi tentang ibu? Apakah ibumu tak berarti?"

Bukannya aku tak mau
Bukannya aku tak mampu
Hanya saja,
adakah hal yang lebih indah melebihi kasih sayang seorang ibu?
adakah puisi yang lebih puitis melebihi puisi dari tindak kasih sayang seorang ibu?

Ibu adalah puisi berjalan
Setiap tingkah-lakunya adalah puisi
Setiap kata-kata ia ucapkan adalah kata-kata yang amat puitis

Aneh sekali jika aku menulis puisi ke dalam puisi

Ibu adalah puisi terindah yang pernah aku lihat

Puisi paling romantis sepanjang masa

Puisi yang takkan mampu ditulis diatas kertas

Seluruh keindahan dunia dan akhirat ada pada dirinya
Karena ditelapak kakinya, surga berada
Tiada surga kudapatkan tanpa dirinya

Ibu
Terima kasih
Engkau telah menghanyutkan dalam puisi indahmu
Kau adalah bidadari surga yang turun kebumi
Tuk memberiku puisi lewat laku puitismu

Terima kasih ibu


                       *Gemo Gibran*


Tetap Istimewa

     Ketemu lagi dengan tanggal 15 Oktober, tapi di tahun yang berbeda. Sekarang tahun 2013. Bedanya adalah 15 Oktober tahun ini bertepatan dengan hari raya Idul Adha, 10 Zhulhijjah 1434 H. Takbir berkumandang diselurh dunia. Tak terkecuali di Jogja.
  
     Di daerah nan istimewa ini, takbir pun berkumandang nyaring. Menggetarkan jiwa-jiwa yang merasakan kehadiran Allah. Jogja istimewa di hari nan istimewa. Semakin menambah istimewa tempatku menuntut ilmu ini.

     Dari beberapa hari yang lalu, aku menanti-nanti hari ini atau lebih tepatnya menanti tanggal ini datang. Aku ingin bernostalgia dengan kegalauanku. Tanggal 15 Oktober yang istimewa untuk seorang wanita yang istimewa pula di hatiku. Di tanggal yang sama, dua tahun yang lalu, aku mengungkapkan perasaanku kepada seorang wanita yang dulu sempat mengisi kekosongan hatiku. Tanggal 15 Oktober dua tahun yang lalu itu berada pada hari sabtu. Di hari itu juga, Liverpool bertanding melawan Manchester United dengan skor akhir 1-1. Gol Liverpool dicetak oleh Gerrard melalui eksekusi bola mati, sedangkan gol MU dicetak oleh Chicarito. Sial.

      Kembali ke cerita.
     Di hari itu, aku mengselatankan, eh, maksudku mengutarakan perasaanku kepada seorang wanita manis yang begitu aku sukai dan aku kagumi (Kejadian ini aku tulis menjadi sebuah cerpen. Masih dalam tahap penulisan). Pengutaraan itu sebenarnya terburu-buru. Aku hanya punya waktu persiapan selama dua hari (emang butuh berapa lama, ya, biasanya?). Tapi demi wanita yang aku damba, aku rela melakukan apa pun. I'm a crazy man.

      Nama wanita yang aku suka itu Putik Bunga Indah Sari. Dia manis sekali. Apalagi kalau dia senyum, ahhhhh manis sekali (lebih jelasnya, tunggu cerpennya terbit). Gak butuh waktu yang lama bagiku untuk deketin dia. Sekitar dua minggu saja. Bentar kan?

      Aku nembak dia pake dua bungkus coklat Beng-beng (gak romantis --"). Aku bungkus dua beng-beng itu dengan secarik kertas yang berisi puisi (ini baru romantis. Semoga puisi yang aku tulis masih dia simpan). Aku nembak di pojokkan gedung auditorium sekolah. Pas di depan masjid pula (perfectoo).

      Bla..Bla...Bla...Bla...
      Dan akhirnyaaaaaa....... Aku diterima. Yeayyy!!
      
      Itu merupakan salah satu kisah indah yang pernah aku jalani. Kini Putik tak lagi di sisiku. Dia kini di sisi yang lain, mungkin sisi kanan atau sisi kiri. Bukan. Dia di sisi seorang cowok yang juga merupakan temanku. Teman 1 angkatan, man. Ajeee gilee. Sakit hati? kagak. Aku gak kena penyakit liver. Tapi sakit perasaan. Sedih? Jelas. Itu wajar. Siapa pun akan merasakan seperti itu bila kehilangan orang yang mereka cintai.

      Aku tak ingin menyebutnya mantan. Dia terlalu manis untuk aku sebut mantan. Dia adalah mimpiku yang gagal ku jaga atau pacar yang kembali menjadi teman. Ya, dia temanku, bukan mantanku. Sakit memang klo diingat. Tapi, bukan berarti aku galau gara-gara itu. Aku malah ketawa klo ingat tentang masa itu. Aku bisa romantis juga ternyata.

      Kini, saat-saat romantis itu tinggal kenangan. Dia memang bukan belahan jiwaku lagi, tapi dia tetap istimewa di hatiku, seistimewa Daerah Istimewa Yogyakarta. I'll never forget it, Putik :) .


*Gemo*

Takbir Di Ranah Rantau

     Hari raya di ranah rantau. Ini tahun kedua di mana aku menjalani hari raya Idul Adha tanpa orang tua di sampingku. Tanpa bersama fisik mereka (ya,meski mereka jauh secara fisik, tp mereka selalu ada di hatiku). Sedih? jelas, karena di tanggal yang sama, dua tahun yang lalu aku mengungkapkan perasaanku kepada wanita yang kini tak lagi di sisiku. Eh, bukan, maksudku sedih karena jauh dari orang tua. Sepi? tidak, karena di sini, di tempatku merantau, juga ada banyak anak rantau. Kami senasib. Selain itu, penduduk lokal pun begitu ramah. Ini salah satu yang membuat ranah rantauku begitu istimewa, penduduknya ramah-ramah, membuatku betah untuk tinggal di sini. Jogja istimewa, istimewa di hatiku :) .
    
     Jauh dari orang tua memang bukan hal yang baru bagiku karena sewaktu SMA, aku sudah sekolah di sekolah yang berasrama. Jarak sekolahku dengan tempat tinggalku itu sekitar 7 jam. Lama sekali. Tapi untuk melewati hari raya, seperti Idul Adha tanpa orang tua, merupakan hal yang baru bagiku. Meski ini sudah tahun kedua, tetap saja aku merasa ada yang kurang. Kurang makan, kurang uang, kurang kerjaan hingga kurang kehadiran mantan. Kurang belaian ortu pokokny. Terutama masakanny yang luar angkasa enak. Lebih enak dari restauran bintang kejora alias bintang kejora. Di rantauanku, cuma bisa makan apa yang ada, gak bisa sesuai selera. Klo gak mau ya, harus mau. Daripada gak makan. Dan klo Idul Adha kayak gini, warung makan bukanya agak siangan. Jadi, dengan hati yang ikhlas namun peruk yang terpaksa, mau gak mau harus nahan lapar hingga siang. 

     Idul Adha di ranah rantau, bagiku biasa saja. Tak ada yang istimewa. Mungkin karena rasa sepi jauh dari ortu yang membuatnya biasa saja. Hampir tak ada beda. Bedanya hanya, berkah yang diberikan saat Idul Adha itu lebih besar :'D . Aku hanya mengurung diri di kamar kos yang rapi. Jalanan pun ku rasa sepi, seperti hatiku yang saat tak kunjung mendapat pasangan. Sakingnya sepinya, aku tadi telat sholat Ied. Pas dateng, imam udah selesai baca Al-Fatihah rakaat pertama. Kasian, ya?

     Sebenarnya sih gak biasa, hanya aku saja yang merasa biasa. Tadi malam ada lomba takbir antar TPA se........ aku juga gak tahu se-daerah mana. Pesertanya unyu-unyu, sekitar umur 7 - 14 tahun. Tapi mereka kreatif loh. Ada yang bawa keranda mayat. Eh, bukan, tapi miniatur Al-Quran yang terbuat dari gabus. Ada pula yang memainkan gamelan. Keren. Gak nyangka klo mereka itu anak orang, aku kira mereka itu anak rantau. Klo anak rantau, pasti mereka lagi twitteran atau jalan-jalan. Separah-parahnya nangis karena kangen mantan, eh, kangen ortu maksudnya.

     Takbir menggema seantero Jogja.  Merinding aku mendengarnya. Menambah rasa rindu kepada ortu. Hewan-hewan kurban ku rasa menitipkan doa kepada malaikat untuk orang-orang yang mau berbagi kepada sesama. Untuk orang-orang yang melewati hari ini dengan kedermawanan. Untuk orang-orang yang memuliakan hari nan akbar ini. 

     Jalanan di sekitar kos-ku cukup sepi. Bapak-bapak ada yang sedang sibuk memotong hewan kurban. Ibu-ibu ada yang sedang memasak. Pemuda-pemudi jomblo ada yang sedang bercinta dengan khayalan mereka akan daging-daging segar. Sedangkan yang pacaran? Aku tak tahu. Karena aku single.

     Aku iri dengan mereka yang bisa berkumpul bersama keluarga. Aku iri dengan mereka yang bisa makan enak. Aku iri, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Menjadi anak rantau merupakan pilihanku demi meraih cita-cita. Mungkin ini pula kenapa orang tuaku memberiku nama gema. Karena mereka ingin aku menggema seperti takbir, dikenal di seantero negeri. Bukan hanya namaku, tapi semua nama yang senasib-seperantauan denganku pun, ingin menggema seperti takbir.

     Takbir di ranah rantau, menggetarkan jiwa-jiwa perantau yang haus akan kasih sayang Sang Pencipta. Mengharapkan ridho-Nya dalam hidup di perantauan. Takbir di ranah rantau, menguatkan jiwa-jiwa perantau yang bersungguh-sungguh dalam menggapai mimpinya. Takbir di ranah rantau adalah oase bagi jiwa-jiwa perantau yang merasa gersang akan kasih-sayang Allah. 

     Ahhhhhh takbir di ranah rantau ini begitu menyejukkan. Semoga para anak rantau tidak menjadi rantauan anak tiri. Sekian.


*Gemo*


(Memang gak jelas apa yang aku tulis, tapi itulah yang ingin aku ceritakan. Yaaaa, apa adanya)

Kamis, Mei 09, 2013

Aku Adalah Kebahagiaanmu

Yogyakarta, 9 Mei 2013


Dari kejauhan aku melihat
Sesosok gadis cantik sedang duduk seorang diri
Dia tidak melakukan apa-apa
Dia hanya berdiam diri
Entah apa yang sedang ia pikirkan

Sayup-sayup kudengar isak tangis
Ku cari sumber suara itu
Ternyata tangis itu berasal dari gadis yang sama

Tak tega aku melihatnya
Aku dekati dia

"Apakah kau baik-baik saja?"

Ia menjawab

"Aku baik-baik saja"
"Mengapa kau menangis?"

Sambil menyeka air mata ia menjawab

"Tak ada apa-apa"

"Apakah kau sedang ada masalah?"

Dengan emosi ia menjawab

"Tidak! Aku tidak apa-apa! Lebih baik kau pergi dari sini!!"

Aku hanya tersenyum

Dengan tenang, aku berbicara padanya

"Tak apa jika kau marah.
  Tapi biarkan aku membuatmu tenang.
  
  Tak apa jika kau tak mau berbagi tangis.
  Tapi biarkan aku menghapus air mata yang membasahi pipimu.

  Tak apa jika kau tak mau berbagi kesedihan.
  Tapi biarkan aku membuatmu bahagia.

  Tak apa jika kau tak bercerita.
  Tapi biarkan aku mengerti dirimu
  Biarkan aku memahami raut wajahmu
  Biarkan aku memahami kata-kata yang terucap dari setiap tetes air matamu
  Biarkan aku menjadi pelipur laramu

  Sejatinya, aku hanya ingin melihat ciptaan Tuhan 
  yang paling indah ini bahagia.
  Tak ingin aku melihat air mata keluar dari kedua bola mata yang indah itu
  
  Ingin aku menghapus segala kesedihanmu
  Ingin aku mengganti air mata itu dengan pelangi
  Agar matamu semakin terlihat indah
Ingin aku meletakkan matahari di bibirmu
Agar kau tersenyum cerah
  Maka, sempurnalah kecantikanmu"



Ia menghapus air matanya
Lalu ia berdiri dan tersenyum seraya berkata

"Terima kasih. Kau begitu memahamiku"

Aku hanya tersenyum

"Aku adalah jawaban atas semua doa yang kau panjatkan
  Aku adalah jawaban atas kesedihanmu
  Aku adalah kebahagiaan"


*Gemo Gibran*


 



Rabu, Mei 08, 2013

Terluka Karena Kebahagiaanmu

Yogyakarta, 8 Mei 2013


Aku begitu kesepian
Aku membutuhkanmu untuk mengusir kesepian ini
Namun, kau berada jauh di negeri sana

Zaman sekarang sudah canggih
Tak perlu mengirim surat dengan kertas
yang memerlukan waktu lama hingga sampai ke tujuan

Kini ada teknologi pesan singkat melalui telepon genggam
Kapan pun aku bisa menghubungimu
Cepat sampai pula pesanku

Aku coba untuk mengirimkan sebuah pesan singkat kepadamu

Ku tunggu beberapa menit
Kau tak membalas
Ku tunggu lagi beberapa menit
Kau tak jua membalas

Beberapa menit itu bergabung menjadi satu
Jadilah suatu waktu yang panjang

Lalu aku berpikir dan bertanya
Di mana kau saat aku merasa kesepian?
Di mana kau saat aku merasa gundah?
Di mana kau saat aku membutuhkanmu?
Di mana kau?
Di mana!!!?

Mengapa kau begitu tega membiarkanku kesepian?
Mengapa kau begitu tega membiarkanku gundah?
Padahal aku selalu ada untukmu saat kau kesepian
Aku selalu ada untukmu saat kau gundah
Aku selalu ada untukmu saat kau membutuhkanku
Aku selalu ada untukmu
Kapan pun itu

Tapi....
Mengapa kau tak ada saat aku membutuhkanmu?
Sudah aku beri bahuku sebagai tempat bersandarmu
dikala kau gundah

Tapi....
Mengapa kau tak beri bahumu untukku?

Kau rela membagi kegundahanmu padaku
Tapi kau pergi saat kau telah merasa tenang dan bahagia
Kau tak rela membagi kebahagiaanmu padaku
Kau tak rela bahumu kukotori dengan debu yang ada di wajahku
Aku kau campakkan

Lalu kau datang lagi dikala kau gundah
Lalu pergi lagi dikala kau bahagia

Betapa indahnya hidupmu

Simpan saja kebahagiaanmu untuk mereka yang tak tahu
Tak tahu bahwa ada orang yang menangis di belakang itu

Aku senang bisa membuatmu bahagia
Kau melangkah dengan kebahagiaan
Meninggalkan aku yang terluka karena kebahagiaanmu

Terima kasih atas kebahagiaanmu


*Gemo Gibran*




Senin, Mei 06, 2013

Dosen yang Membosankan

Yogyakarta, 3 Januari 2013


Bosan
Bosan
Bosan

Hari ini dimana mata begitu enggan untuk memancar
dan otak terlalu panas untuk didinginkan

Ilmu yang baru ku dapat,
seolah sama dengan yang lama
Ini karena si Dosen yang membosankan

Penyampaiannya begitu monoton
Selalu begitu
Tetap begitu
Membosankan

Apa guna kertas keluh kesah yang pernah diberi untuk ditulis?
Apa guna kritikan itu?

Seolah semua itu hanya pengalihan dari keluhan para mahasiswa,
agar mereka, kami dan aku senang karena bisa mengkritik si Dosen

Semua itu hanya omong-kosong
Keluh-kesah tanpa ada pemecahan

Tiada guna kritikan-kritikanku dan kritikan-kritikan mahasiswa lain

Apakah si Dosen membacanya?
Ku rasa tidak
Ku rasa ia tidak peduli

Aku ingin penyampaian yang berbeda
Penyampaian yang lebih variatif dan menyenangkan
Aku ingin ada tawa di sela-selanya

Aku ingin ilmu itu menyenangkan
Dari orang yang menyenangkan

*Gemo Gibran*

Kau Nyata Dalam Mimpi

Yogyakarta, 4 Desember 2012


Samar-samar terlihat sosok dirimu dikejauhan
Kau mengenakan gaun biru nan anggun
Berhiaskan senyum manis yang tersungging di bibirmu
Memancarkan kilau pelangi dari kedua bola mata
Kau begitu cantik
Begitu cantik

Kau begitu memesona
Tak bisa mataku beralih dari dirimu
Senyum itu
Tatapan mata itu
Ahhhhh.....
Begitu memesona

Namun perlahan dirimu menjauh
Semakin kecil
Semakin kecil
dan semakin kecil
Lalu menghilang

Tiba-tiba aku terbangun cari tidurku
Ahhhhh sial,
ternyata itu hanya mimpi
Tapi mimpi yang menjadi kenyataan
Kenyataan bahwa kau hanya ada dalam mimpi

***

Minggu, Mei 05, 2013

Hujan Rindu

Yogyakarta, 4 Desember 2012


Hujan turun begitu deras
Melahirkan hawa dingin yang menusuk lapisan terluar tubuhku
Aku merinding kedinginan

Kuputar lagu dari Simple Plan yang berjudul "i'll meet you there"
untuk mengusir kebosanan dan kesepian ini
Lagu ini sering-kali kuputar saat aku masih di Asrama dulu

Tak terasa, air mataku pun jatuh
Membasahi pipi yang tak lembut ini

Tiba-tiba aku rindu dengan mereka,
teman-temanku,
keluargaku
 
Kupandangi cetak-diri mereka di ponselku
Aku begitu rindu dengan mereka
Aku rindu dengan momen indah yang pernah kita lalui
Aku rindu canda-tawa mereka
Aku rindu perkelahian mereka
Aku rindu kebersamaan di antara kita

Semakin deras air mata ini mengalir
Seperti sungai yang pada musim penghujan,
deras dan meluap
Kenangan itu meluap dan membanjiri rongga hati
hingga bendungan kelopak mata pun tak sanggup menahannya
 
Aku memang begitu egois
Aku jarang berkumpul dengan kalian
 
Aku akui,
aku sedikit bosan bersama-sama dengan kalian selama tiga tahun
Aku ingin menjauh dari kalian
Aku ingin menikmati dunia baruku
Sehingga tanpa sadar aku, aku banyak melupakan kalian
 
Tapi, apakah salah bila diri ini ingin menemukan dunia barunya?

Tiada maksud hati untuk melupakan kalian
Diri ini hanya ingin menunjukkan,
bahwa diri ini bisa menjadi orang yang sukses

Teman-temanku.....
Maaf atas keegoisanku
Maaf atas aku yang lupa pada kalian

Diri ini begitu rindu pada kalian
Diri ini ingin sekali bertemu kalian
Diri ini ingin sekali bercanda dengan kalian
Diri ini.....
Diri ini.....
Diri ini.....
Ahhhhhhhhhh

Aku begitu rindu pada kalian

Aku menanti saat itu datang
Saat di mana kita bertemu kembali
Saling bercerita tentang perjalanan hidup masing-masing
Saling berbagi kebahagiaan dan kesuksesan

Aku rindu padamu, teman-temanku
 
Aku akan menemui kalian di sana

***
 
 
 
 

Jumat, Januari 25, 2013

Merindukan Putik

Yogyakarta, 3 Desember 2012

Rindu
Pilu
Layu

Begitu sering aku menulis sajak-sajak puitis
Tentang perasaan yang terpendam di dasar palung hati

Makhluk terdalam dari palung hatiku
Berusaha untuk mengungkapkan sesuatu
Sesuatu yang begitu susah untuk diungkapkan

Cinta
Ia ingin mengungkapkan sesuatu
Namun, ia menahan bibir untuk berucap

Wahai cinta
Apa yang terjadi dengan dirimu?
Mengapa engkau seperti ini?

"Aku sungguh merindukan dirinya
Seseorang yang pernah memiliki aku
Aku masih ingin berada dalam hatinya
Tak peduli sebagai apa aku baginya"

"Gemo, tahukah kamu bahwa aku sering menangis?
Namun, aku pulalah yang menahan air mataku agar tak jatuh membasahi pipimu
Aku tak ingin kau terlihat lemah"

"Sayang begitu sayang
Aku sungguh merindukannya, Gemo
Aku merindukan Putik"

Kamis, Januari 24, 2013

Andai Dia Tahu

Yogyakarta, 3 Desember 2012
 Andai

Tik... tok... tik... tok... tik... tok
Andai masa itu bisa kurasakan lagi
Andai waktu bisa kuputar ke belakang
Aku ingin kembali ke masa lalu

Aku ingin kembali ke masa dimana aku dan dia
menghabiskan waktu hanya berdua

Penuh dengan canda-tawa

Burung-burung pun kurasa tersenyum
Melihat kemesraan kami

Ingin aku mengulang kemesraan itu
Ingin aku melihat senyum manisnya untukku
Ingin aku mendengar tawanya karenaku

Ahhhhh
Entah kenapa.......
Aku merasa jika perpisahan itu terjadi karena kesalahanku

Sampai saat ini pun
aku masih berpikir,
Apa sebenarnya salahku padanya?
Mengapa dia memutuskan untuk berpisah?

Andai.....
Andai.....
Andai.....
Andai aku bisa mengulang masa itu
Takkan aku lakukan hal yang menurutnya itu salah
Takkan aku lakukan hal yang membuatnya memutuskan untuk berpisah

Lemah....
Lemah....
Lemah.....
Aku begitu lemah
Namun aku tak bisa memungkiri
Rasa sayang itu masih ada di hati ini

Andai dia tahu
Aku menyayanginya