Rabu, Oktober 07, 2015

Aku padamu

Yogyakarta, 7 Oktober 2015

Berdiri sendiri di tengah hingar-bingar kota
Ku tutup mataku,
lalu kubayangkan padang savana luas
Kurebahkan tubuhku dan rasakan bebas.

Ku buka mataku, lalu ku tutup lagi
Kubayangkan berada di tepi pantai
Terdengar riuh dentuman ombak
menghantam karang.

Ku buka mataku, lalu ku tutup lagi
Kubayangkan berada di Antartika
Menggigil dingin dan berharap tak mati beku.

Ku buka mataku, lalu ku tutup lagi
Kubayangkan berada di gurun Sahara
Panas, gersang, berhampar pasir dan
mengharap oase yang indahnya
hanya dalam mimpi.

Ku buka mataku, lalu ku tutup lagi
Kubayangkan berada di tepi jurang
dan berjudi, hidup atau mati.

Ku buka mataku, lalu ku tutup lagi
Kubayangkan melayang-layang di angkasa
Menembus putihnya awan yang menyegarkan
Damai.

Ku buka lagi mataku
Seperti itulah aku padamu
Kurasakan luasnya hidup
Kurasakan bebasnya diri
saat bersamamu

Ku hadapi berbagai macam rintangan
Ku tahan berbagai macam hinaan
demi dirimu

Lalu kurasakan dinginnya sikapmu
Aku tak tau harus berbuat apa
agar kau kembali hangat
Ataukah aku harus diam
dan membisu?

Kurasakan panasnya emosimu
Kurasakan panasnya amarahmu
Membentak, teriak
Kurindukan ceria dan manjanya dirimu

Aku takkan mati demi dirimu
Aku takkan mati karenamu
Takkan rela kuserahkan hidupku
hanya untuk dirimu
Demi mengejarmu

Namun ku harap
Bersamamu ku bisa menggapai surga
Surga yang indah dan damai

Disinilah kita bertemu
Di hingar-bingar kota
Tempat di mana cinta menjadi sekadar kata




*Gemo Gibran*