Membudayakan
Kebodohan Bill Gates
“I will always choose a lazy person
to do a difficult job… Because he will find an easy way to do it”. (William
Henry “Bill” Gates)
Saya
ingin membudayakan kebodohan. Mungkin anda akan mengatakan betapa bodoh dan gilanya saya
karena saya ingin membudayakan kebodohan. Eits, jangan salah dulu, bodoh saya maksudkan di sini adalah bodoh yang
cerdas. Bodoh yang tidak sekedar
bodoh dalam arti harfiah, tapi bodoh yang melampaui batas-batas inderawi,
tekstual, kultural, teoritis, dan kuantitatif. Bukan ‘pintar’ yang manipulatif
dan fiktif, karena inilah arti bodoh yang sesungguhnya. Melainkan bodoh yang imajinatif
tanpa batas, kreatif, jujur, otentik, berkarakter, dan positif. Tahukah anda mengapa saya ingin membudayakan kebodohan yang satu ini? Karena saya merupakan orang yang bodoh. Namun boleh saja ‘bodoh yang tidak
pintar’, tapi tidak untuk ‘bodoh yang cerdas’. Ini adalah soal membudayakan
bodoh yang mencerahkan !.
Kebodohan
bagi saya merupakan suatu hal yang sangat penting. Ketika kebodohan itu
membudaya, secara tidak langsung kebutuhan akan ilmu pengetahuan pun turut
membudaya. Namun secara langsung mampu memberantas kebodohan itu sendiri. Jika
kita merasa bodoh, kita menjadi orang yang selalu ingin tahu berbagai macam
hal. Kita selalu mencoba untuk mengetahui sesuatu. Kita takkan pernah takut
untuk mencoba sesuatu/melakukan percobaan, meskipun percobaan itu gagal. Karena
orang bodoh tak peduli dengan hasil. Orang bodoh cenderung lebih peduli dengan
proses.
Salah
satu orang bodoh yang saya kagumi adalah Bill Gates. Dia merupakan orang yang
bodoh.Orang yang gila. Orang bodoh dan gila namun sukses. Kenapa ia saya sebut
sebagai orang yang bodoh? Karena ia menjual mimpi. Dia menjual suatu produk
tapi produk tersebut belum ada. Gila, bukan? Dia menjual operating system (OS) yang
pada saat itu ia namakan DOS, Disk
Operating System. Ia menjual OS tersebut kepada salah satu raksasa, monster
teknologi saat itu, sebuah perusahaan yang mendapat julukan “The Big Brother”,
IBM. Seperti yang sebelumnya telah disampaikan, operating system tersebut belumlah ada. Dan hasilnya? Microsoft
menjadi perusahaan pembuat perangkat lunak dengan pendapatan terbesar di dunia
dan sang penemu, Bill Gates, menjadi manusia terkaya di muka bumi.
Bill Gates melakukan sesuatu yang menurut kebanyakan
orang merupakan sesuatu yang tak lazim. Bill Gates bisa dikatakan sebagai orang
yang pandai berbohong. Bagaimana mungkin ia menjual suatu produk namun produk
tersebut belum ada? Tapi Bill Gates berani mengambil risiko karena ia tahu
bahwa itulah jalan yang akan membawanya menuju kesuksesan. By the way, tanggal 5 April 2014 Pak Bill Gates ke Indonesia, loh, dalam misi lembaga donor, Global Fund, untuk program kemanusiaan
di Indonesia. Sukses, kaya raya, dan dermawan. Pak Bill Gates memang luar
biasa. Orang bodoh yang sangat sukses.
Saya
rasa, Indonesia perlu membudayakan orang-orang yang memiliki motivasi untuk menjadi orang bodoh.
Orang yang haus akan ilmu. Orang yang tak pernah berhenti untuk belajar.
Menurut saya, orang bodoh ialah orang tak pernah berhenti untuk bermimpi,
berkhayal, berimajinasi dan selalu memaksa diri mereka untuk selalu bermimpi.
Karena kekuatan utama orang bodoh adalah mereka berani bermimpi dan berani mengambil
tindakan tanpa memikirkan hasil. Kita tak mungkin menjadi pintar tanpa
merasakan yang namanya bodoh. Bila kita masih ingin tahu banyak hal, maka bisa
dikatakan jika kita merupakan orang yang bodoh.
Orang bodoh dengan kebodohannya di mata kebanyakan orang
merupakan sesuatu yang perlu diberantas karena hanya menimbulkan masalah dan
menjadi sampah bagi lingkungan. Sejatinya orang bodoh merupakan orang yang
sangat cerdas. Hanya saja mereka tidak didukung, tidak diberi sarana dan tidak
diberi kesempatan untuk menyampaikan serta kesempatan untuk mengembangkan
sesuatu yang ada pada diri mereka.
Kita
sering bahkan pasti malu untuk mengakui kalau kita merupakan orang yang
bodoh. Kenapa? Karena kita takut untuk
dihina. Padahal justru sebaliknya. Kita seharusnya diberi penghargaan atas
kebodohan yang kita miliki. Orang bodoh hanya memiliki cara yang tidak biasa
dengan kebanyakan orang. Orang bodoh memiliki cara mereka sendiri yang terlihat
bodoh di mata orang pintar, namun terlihat begitu cerdas di mata orang yang
memiliki pikiran terbuka atau orang yang senang melihat sesuatu dari berbagai
sudut pandang.
Orang
bodoh melihat segala sesuatunya dari sudut pandang yang berbeda, sudut pandang
yang tak biasa. Perbedaan sudut pandang ini, membuat orang bodoh selalu
berusaha untuk menjelajah diri mereka. Selalu berusaha untuk menemukan dan
mengembangkan sesuatu yang ada pada diri mereka. Sesuatu yang bisa memuaskan
mereka dan membaginya kepada orang lain. Sehingga, kita bisa mengatakan bahwa
orang bodoh merupakan penjelajah. Orang bodoh seringnya tak memperdulikan
aturan yang ada dalam melakukan penjelajahan. Mereka mendobrak aturan yang ada.
Mereka berani mengambil risiko, karena, toh,
mereka orang yang bodoh, jadi wajar bila mereka melakukan sesuatu yang
bodoh pula,dan wajar bila mereka tak diacuhkan bahkan dianggap gila. Mereka
berbeda, karena itulah mereka diasingkan.
Orang
bodoh memiliki sedikit masalah. Kenapa? Karena mereka terlalu sibuk untuk
menjelajah diri mereka. Mereka tak kenal lelah untuk mencoba. Mereka tak takut
untuk mendapat masalah. Bagi mereka, masalah merupakan bagian dari
penjelajahan, bagian dari percobaan yang mereka lakukan. Bila mereka
mendapat/memiliki masalah, mereka memiliki cara mereka sendiri untuk menghadapi
masalah tersebut, cara yang sederhana dan menyenangkan namun tak disukai oleh
orang-orang pintar karena orang yang pintar segala suatunya selalu berdasarkan
teori yang ada.
Menurut
saya, orang pintar berpikir terlalu teoritis. Terlalu mengikuti aturan yang
ada. Kurang berani keluar dari zona nyaman mereka. Mereka lebih nyaman bila
hidup di dalam aturan bersama kumpulan teori. Namun anehnya, banyak lulusan
universitas yang notabennya merupakan orang pintar secara teori, mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan masalah yang baru. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
pada Februari 2013, jumlah pengangguran tamatan universitas berjumlah 421.717
orang. Meski jumlahnya menurun jika dibandingkan pada Februari 2010 yang mencapai
820.020, namun tetap saja, kepintaran dalam pendidikan tidak bisa menjadi
satu-satunya tolok ukur kesuksesan seseorang.
Berbeda
dengan orang cerdas. Orang cerdas hanya sedikit mengikuti aturan. Meraka tak
begitu teoritis. Mereka merupakan manusia yang tak mengenal batasan. Tak ada yang bisa menghalangi mereka.
Kreatifitas tanpa batas. Ya! Bisa jadi itulah slogan dan moto hidup mereka.
Orang bodoh lebih memilih menjadi orang cerdas daripada menjadi orang pintar.
Bila
kita membudayakan yang namanya kebodohan, maka kita tak akan merasa dikekang.
Orang bodoh mampu menghasilkan apapun dalam keadaan apapun. Orang bodoh mampu
membuat sesuatu yang sederhana menjadi luar biasa. Kebodohan menjadikan kita
sebagai orang yang mampu berkreasi tanpa batas meski sesuatunya terbatas.
Kebodohan menjadikan kita sebagai orang yang selalu memiliki pilihan meski
disaat tak ada pilihan.
Kebodohan
menjadikan kita sebagai orang yang berani mengambil kebenaran dari sebuah
kesalahan dan menjadikannya sebagai senjata tersembunyi yang sangat ampuh.
Orang bodoh mampu menjadikan kesalahan sebagai senjata untuk melawan kesalahan
itu sendiri. Bukankah penangkal racun ular kobra terbuat dari racun ular kobra
itu sendiri? Kebodohan merupakan racun, racun yang digunakan orang bodoh untuk
memberantas kebodohan.
Kebodohan
menjadikan kita sebagai orang yang optimistis. Orang bodoh selalu merasa
optimis dalam segala hal, optimis terhadap yang mereka lakukan dan optimis
terhadap yang mereka percaya. Mereka tetap optimis meskipun yang mereka lakukan
dan yang mereka percaya seringnya berakhir dengan suatu yang sama, kegagalan.
Mereka yakin bahwa kegagalan tersebut akan menjadi kesuksesan jika mereka terus
merasa optimis.
Kebodohan.
Sesuatu yang sangat perlu untuk dibudayakan. Dari kebodohan itulah lahir
orang-orang yang mampu berkreasi tanpa batas meski dibatasi oleh keadaan yang
serba terbatas.
*Gemo*