Rabu, Juli 02, 2014

Bodoh = Cerdas



Membudayakan Kebodohan Bill Gates

I will always choose a lazy person to do a difficult job… Because he will find an easy way to do it”. (William Henry “Bill” Gates)
Saya ingin membudayakan kebodohan. Mungkin anda akan mengatakan betapa bodoh dan gilanya saya karena saya ingin membudayakan kebodohan. Eits, jangan salah dulu, bodoh saya maksudkan di sini adalah bodoh yang cerdas. Bodoh yang tidak sekedar bodoh dalam arti harfiah, tapi bodoh yang melampaui batas-batas inderawi, tekstual, kultural, teoritis, dan kuantitatif. Bukan ‘pintar’ yang manipulatif dan fiktif, karena inilah arti bodoh yang sesungguhnya. Melainkan bodoh yang imajinatif tanpa batas, kreatif, jujur, otentik, berkarakter, dan positif. Tahukah anda mengapa saya ingin membudayakan kebodohan yang satu ini? Karena saya merupakan orang yang bodoh. Namun boleh saja ‘bodoh yang tidak pintar’, tapi tidak untuk ‘bodoh yang cerdas’. Ini adalah soal membudayakan bodoh yang mencerahkan !.
Kebodohan bagi saya merupakan suatu hal yang sangat penting. Ketika kebodohan itu membudaya, secara tidak langsung kebutuhan akan ilmu pengetahuan pun turut membudaya. Namun secara langsung mampu memberantas kebodohan itu sendiri. Jika kita merasa bodoh, kita menjadi orang yang selalu ingin tahu berbagai macam hal. Kita selalu mencoba untuk mengetahui sesuatu. Kita takkan pernah takut untuk mencoba sesuatu/melakukan percobaan, meskipun percobaan itu gagal. Karena orang bodoh tak peduli dengan hasil. Orang bodoh cenderung lebih peduli dengan proses.
Salah satu orang bodoh yang saya kagumi adalah Bill Gates. Dia merupakan orang yang bodoh.Orang yang gila. Orang bodoh dan gila namun sukses. Kenapa ia saya sebut sebagai orang yang bodoh? Karena ia menjual mimpi. Dia menjual suatu produk tapi produk tersebut belum ada. Gila, bukan? Dia menjual operating system (OS)  yang pada saat itu ia namakan DOS, Disk Operating System. Ia menjual OS tersebut kepada salah satu raksasa, monster teknologi saat itu, sebuah perusahaan yang mendapat julukan “The Big Brother”, IBM. Seperti yang sebelumnya telah disampaikan, operating system tersebut belumlah ada. Dan hasilnya? Microsoft menjadi perusahaan pembuat perangkat lunak dengan pendapatan terbesar di dunia dan sang penemu, Bill Gates, menjadi manusia terkaya di muka bumi.
 Bill Gates melakukan sesuatu yang menurut kebanyakan orang merupakan sesuatu yang tak lazim. Bill Gates bisa dikatakan sebagai orang yang pandai berbohong. Bagaimana mungkin ia menjual suatu produk namun produk tersebut belum ada? Tapi Bill Gates berani mengambil risiko karena ia tahu bahwa itulah jalan yang akan membawanya menuju kesuksesan. By the way, tanggal 5 April 2014 Pak Bill Gates ke Indonesia, loh, dalam misi lembaga donor, Global Fund, untuk program kemanusiaan di Indonesia. Sukses, kaya raya, dan dermawan. Pak Bill Gates memang luar biasa. Orang bodoh yang sangat sukses.
Saya rasa, Indonesia perlu membudayakan orang-orang yang memiliki motivasi untuk menjadi orang bodoh. Orang yang haus akan ilmu. Orang yang tak pernah berhenti untuk belajar. Menurut saya, orang bodoh ialah orang tak pernah berhenti untuk bermimpi, berkhayal, berimajinasi dan selalu memaksa diri mereka untuk selalu bermimpi. Karena kekuatan utama orang bodoh adalah mereka berani bermimpi dan berani mengambil tindakan tanpa memikirkan hasil. Kita tak mungkin menjadi pintar tanpa merasakan yang namanya bodoh. Bila kita masih ingin tahu banyak hal, maka bisa dikatakan jika kita merupakan orang yang bodoh.
            Orang bodoh dengan kebodohannya di mata kebanyakan orang merupakan sesuatu yang perlu diberantas karena hanya menimbulkan masalah dan menjadi sampah bagi lingkungan. Sejatinya orang bodoh merupakan orang yang sangat cerdas. Hanya saja mereka tidak didukung, tidak diberi sarana dan tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan serta kesempatan untuk mengembangkan sesuatu yang ada pada diri mereka.
Kita sering bahkan pasti malu untuk mengakui kalau kita merupakan orang yang bodoh.  Kenapa? Karena kita takut untuk dihina. Padahal justru sebaliknya. Kita seharusnya diberi penghargaan atas kebodohan yang kita miliki. Orang bodoh hanya memiliki cara yang tidak biasa dengan kebanyakan orang. Orang bodoh memiliki cara mereka sendiri yang terlihat bodoh di mata orang pintar, namun terlihat begitu cerdas di mata orang yang memiliki pikiran terbuka atau orang yang senang melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang.
Orang bodoh melihat segala sesuatunya dari sudut pandang yang berbeda, sudut pandang yang tak biasa. Perbedaan sudut pandang ini, membuat orang bodoh selalu berusaha untuk menjelajah diri mereka. Selalu berusaha untuk menemukan dan mengembangkan sesuatu yang ada pada diri mereka. Sesuatu yang bisa memuaskan mereka dan membaginya kepada orang lain. Sehingga, kita bisa mengatakan bahwa orang bodoh merupakan penjelajah. Orang bodoh seringnya tak memperdulikan aturan yang ada dalam melakukan penjelajahan. Mereka mendobrak aturan yang ada. Mereka berani mengambil risiko, karena, toh, mereka orang yang bodoh, jadi wajar bila mereka melakukan sesuatu yang bodoh pula,dan wajar bila mereka tak diacuhkan bahkan dianggap gila. Mereka berbeda, karena itulah mereka diasingkan.
Orang bodoh memiliki sedikit masalah. Kenapa? Karena mereka terlalu sibuk untuk menjelajah diri mereka. Mereka tak kenal lelah untuk mencoba. Mereka tak takut untuk mendapat masalah. Bagi mereka, masalah merupakan bagian dari penjelajahan, bagian dari percobaan yang mereka lakukan. Bila mereka mendapat/memiliki masalah, mereka memiliki cara mereka sendiri untuk menghadapi masalah tersebut, cara yang sederhana dan menyenangkan namun tak disukai oleh orang-orang pintar karena orang yang pintar segala suatunya selalu berdasarkan teori yang ada.
Menurut saya, orang pintar berpikir terlalu teoritis. Terlalu mengikuti aturan yang ada. Kurang berani keluar dari zona nyaman mereka. Mereka lebih nyaman bila hidup di dalam aturan bersama kumpulan teori. Namun anehnya, banyak lulusan universitas yang notabennya merupakan orang pintar secara teori, mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan masalah yang baru. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2013, jumlah pengangguran tamatan universitas berjumlah 421.717 orang. Meski jumlahnya menurun jika dibandingkan pada Februari 2010 yang mencapai 820.020, namun tetap saja, kepintaran dalam pendidikan tidak bisa menjadi satu-satunya tolok ukur kesuksesan seseorang.
Berbeda dengan orang cerdas. Orang cerdas hanya sedikit mengikuti aturan. Meraka tak begitu teoritis. Mereka merupakan manusia yang tak mengenal batasan.  Tak ada yang bisa menghalangi mereka. Kreatifitas tanpa batas. Ya! Bisa jadi itulah slogan dan moto hidup mereka. Orang bodoh lebih memilih menjadi orang cerdas daripada menjadi orang pintar.
Bila kita membudayakan yang namanya kebodohan, maka kita tak akan merasa dikekang. Orang bodoh mampu menghasilkan apapun dalam keadaan apapun. Orang bodoh mampu membuat sesuatu yang sederhana menjadi luar biasa. Kebodohan menjadikan kita sebagai orang yang mampu berkreasi tanpa batas meski sesuatunya terbatas. Kebodohan menjadikan kita sebagai orang yang selalu memiliki pilihan meski disaat tak ada pilihan.
Kebodohan menjadikan kita sebagai orang yang berani mengambil kebenaran dari sebuah kesalahan dan menjadikannya sebagai senjata tersembunyi yang sangat ampuh. Orang bodoh mampu menjadikan kesalahan sebagai senjata untuk melawan kesalahan itu sendiri. Bukankah penangkal racun ular kobra terbuat dari racun ular kobra itu sendiri? Kebodohan merupakan racun, racun yang digunakan orang bodoh untuk memberantas kebodohan.
Kebodohan menjadikan kita sebagai orang yang optimistis. Orang bodoh selalu merasa optimis dalam segala hal, optimis terhadap yang mereka lakukan dan optimis terhadap yang mereka percaya. Mereka tetap optimis meskipun yang mereka lakukan dan yang mereka percaya seringnya berakhir dengan suatu yang sama, kegagalan. Mereka yakin bahwa kegagalan tersebut akan menjadi kesuksesan jika mereka terus merasa optimis.
Kebodohan. Sesuatu yang sangat perlu untuk dibudayakan. Dari kebodohan itulah lahir orang-orang yang mampu berkreasi tanpa batas meski dibatasi oleh keadaan yang serba terbatas.




                                                           *Gemo*