Sabtu, Maret 10, 2012

This is the reality

Jika seorang bos tetap pada pendiriannya disebut konsisten.
Jika anak buah tetap pada pendiriannya disebut kaku.
Jika bos sering berubah pendapat disebut fleksibel.
Jika anak buah sering berubah pendapat disebut plin-plan.
Jika bos bekerja lambat disebut teliti.
Jika anak buah bekerja lambat disebut malas.
Jika bos cepat mengambil keputusan disebut berani.
Jika anak buah cepat mengambil keputusan disebut grusa-grusu.
Jika bos melanggar prosedur dianggap penuh inisiatif.
Jika anak buah melanggar prosedur dianggap tidak tahu aturan.
Jika bos mengatakan sesuatu itu mudah dianggap optimistis.
Jika anak buah mengatakan mudah dianggap sok tahu.
Jika bos sering mengintertaint orang, itu disebut lobby.
Jika anak buah melakukannya disebut pemborosan.

(Dahlan Iskan)

Kamis, Maret 01, 2012

Mengapa Harus yang Ini? Bukan yang Itu?

     Sebentar lagi para pelajar SMA diseluruh Indonesia akan menghadapi yang namanya "The Last Fight" alias pertarungan terakhir alias Ujian Nasional. Tepatnya tanggal 16 April 2012. Semuanya sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi sang pengadil. Semua berlomba-lomba untuk mendaptkan hasil yang terbaik. Begitu pun aku. hahaha. Siapa sih yang tidak ingin mendapatkan hasil yang terbaik ketika ujian nanti? Semua siswa pastinya ingin mendapatkan hasil yang terbaik. Bisa lulus dengan nilai yang terbaik, dengan nilai yang memuaskan. Bahkan sangat memuaskan!
    
     Three days makes us feel like in a jail. Ya, mungkin itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan tentang ujian nasional, tiga hari (sebenarnya sih empat hari. Tapi ini cuma ungkapan doang) membuat kita merasa seperti di dalam penjara. Tiga hari yang akan menentukan nasib kita. Tiga hari yang akan menentukan masa depan kita. Tiga hari yang akan menentukan lulus tidaknya kita. Tiga hari yang akan menentukan hasil belajar kita selama tiga tahun. Tiga hari yang begitu membuat kita was-was akan hasil yang nanti kita peroleh, apakah memuaskan, pas-pasan atau yang terburuk, tidak lulus. Tiga hari yang tidak pernah pandang bulu. Entah pintar atau bodoh, entah malas atau rajin, semuanya sama di mata tiga hari itu. Semuanya bisa terjadi tanpa pernah kita duga sebelumnya. Mereka yang bodoh, bisa lulus ujian dengan nilai yang bisa dibilang memuaskan. Bahkan yang tidak bisa kita pungkiri adalah yang pintar sekali pun, yang merupakan langgan juara kelas pun, bisa tidak lulus ujian. Ini yang membuat mengapa tiga hari itu membuat kita merasa seperti di dalam penjara. Penjara itu tidak pernah pandang bulu. Semuanya sama (meski pada kenyataan tidak begitu).

    Tiga hari ini membuat orang tua siswa, siswa itu sendiri hingga pihak sekolah, melakukan berbagai cara anaknya atau murid didiknya bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Atau paling tidak bisa lulus ujian. Ada yang memperbanyak intensitas belajar, ikut privat atau les, bimbel dan semacamnya. Ada pula yang melakukan cara CURANG. Misalnya saja, menyontek. Bahkan ada yang lebih parah dan sangat gila, yaitu membeli soal maupun menyuap panitia ujian nasional. Wah! ini nih, yang bikin Indonesia hancur. Apakah tidak ada cara yang lebih baik selain menyontek dan membeli soal? That's so crazy, Man.

    Menurutku cara yang paling baik adalah niat, berdoa, berusaha, berdoa lagi lalu bertawakal. Inilah cara yang paling baik agar bisa berhasil menempuh ujian.

    Kalau ada cara yang lebih baik darpida yang aku sebutkan tadi, beritahu aku.

    Bro, cara yang aku sebutkan di atas merupakan cara terbaik untuk menempuh ujian. Tidak ada risiko yang akan kita dapatkan. Malahan untung semua yang bakal kita dapet. Coba kalau kita nyontek. Risikonya ketauan. Bawa hp pun demikian. Meski aku pun tak bisa memungkiri kalau aku sering nyontek. hehehe. 
    
    Nah, tapi klo niat, berdoa, berusaha, berdoa lagi lalu bertawakal, risikonya apa? Gak lulus? Itu bukan risiko, Bro, tapi ada yang salah dari cara kita melakukannya. Mungkin kita tidak khusyuk. Mungkin kita tidak berusaha dengan maksimal. Atau bisa saja kita melakukan itu dengan niat yang salah. Bisa saja. Cara yang aku lakukan itu sangat mudah untuk dilakukan. That's so easy, Man.


     Pernah disuatu malam, aku ngobrol dengan temanku. Sebut saja namanya Gisworo. Dia bilang " Kenapa giliran soal yang "ini" diseriusin? Seharusnya yang diseriusin tu belajar".

     Aku kaget ketika Gisworo berkata seperti itu. Bagaimana aku tidak kaget kalau ternyata Gisworo memiliki kemauan untuk berubah dan berusaha. Padahala menurutku, Gisworo itu anak yang biasa-biasa saja, pintar tidak terlalu, bodoh pun tidak. Tapi Gisworo memiliki kemauan untuk berusaha. Belajar. Dia ingin menggunakan kemampuannya sendiri saat mengerjakan soal ujian nasional nanti. Amazing.

     Aku sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Gisworo, mengapa giliran "ini" baru diseriusin? bukannya cara belajar? Seharusnya yang kita lakukan itu mencari bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang kondusif, yg nyaman. Suasana yang membuat pikiran kita menjadi rileks sehingga mudah untuk menyerap pelajaran.

    Bro, kalau kita terus-terusan melakukan cara "ini",lama-kelamaan ini akan menjadi kebiasaan. Ini akan berdampak besar bagi kita dimasa yang akan datang datang, disaat kita berada di the real life, di kehidupan yang sebenarnya alias hidup bermasyarakat. Kalau kita kebiasaan menggunakan cara "ini", kita akan menjadi orang yang malas. Kita hanya akan mengharap bantuan dari orang lain. Sedangkan kita sendiri hanya melakukan sedikit. 

    Kita tidak mungkin mengharapkan bantuan dari orang lain terus. Ada kalanya kita mengerjakan semuanya sendiri. Why? Karena kita lebih mengerti daripada orang lain. Bukan berarti kita sombong, tapi kita yakin sama diri kita sendiri. Kita percaya dengan hasil yang akan kita dapatkan nantinya. Yakin sama diri sendiri itu beda dengan sombong lho.
   
    Inilah inti dari tulisanku kali ini. Mungkin kalian tahu maksud dari judul tulisan ini, "Mengapa Harus yang Ini? Bukan yang Itu?"

    Maksud dari judul tulisanku adalah mengapa harus cara menyontek yang diseriusin? Bukannya cara belajar? 

    Bro, masa ada di tangan kita sendiri, bukan di tangan orang lain. Kita lah yang menentukan akan kemana kita nantinya. Kita lah yang memilih jalan kita sendiri. Kita lah yang tahu kemana kita akan melangkah. Mulai dari sekarang lakukanlah cara yang tadi aku sebutkan, yaitu niat, berdoa, berusaha, berdoa lagi lalu bertawakal.
  
    It's not too late for us to change our habits. We've so much time to do it. I just wanna say, "Choose your own way to reach your future. Choose your choice and believe with your choice".